KAYU PUTIH
Kayu putih
(Melaleuca leucadendron L.) merupakan tanaman yang tidak asing bagi masyarakat
di Indonesia karena dapat menghasilkan minyak kayu putih (cajuput oil) yang
berkhasiat sebagai obat, insektisida dan wangi-wangian. Selain itu, pohon kayu
putih dapat digunakan untuk konservasi lahan kritis dan kayunya dapat digunakan
untuk berbagai keperluan
(bukan sebagai bahan
bangunan). Dengan demikian, kayu putih memiliki nilai ekonomi cukup
tinggi (Sunanto, 2003).
Tanaman kayu
putih berasal dari Australia dan saat ini sudah tersebar di Asia Tenggara,
terutama Indonesia dan Malaysia. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah
dan di pegunungan.
Dalam sistematika tumbuhan
kayu putih
(Melaleuca
leucadendron L.) diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Archichlamideae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Melaleuca
Spesies : Melaleuca leucadendron
Daun kayu
putih
Daun merupakan
bagian tumbuhan yang terpenting, karena dari daun inilah akan dihasilkan minyak
kayu putih. Tanaman kayu putih termasuk jenis tumbuhan kormus karena tubuh
tanaman secara nyata memperlihatkan diferensiasi dalam tiga bagian pokok, yaitu
akar (radix), batang (caulis), dan daun (folium). Daun kayu putih terdiri atas
dua bagian, yaitu tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina).
a. Tangkai daun (petiolus)
Tangkai daun
merupakan bagian daun yang mendukung helaian daun, yang berfungsi untuk
menempatkan helaian daun pada posisi yang tepat, sehingga dapat memperoleh
cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Tangkai
daun berbentuk bulat kecil, sedangkan panjang tangkainya bervariasi.
b. Helaian daun (lamina)
Helaian daun
kayu putih bercirikan berwarna hijau
muda untuk daun muda dan hijau tua
untuk daun tua
karena mengandung zat
warna hijau atau khlorofil. Selain itu daun kayu putih
memiliki tulang daun dalam jumlah yang bervariasi antara 3 – 5 buah, tepi daun
rata dan permukaan daun dilapisi oleh bulu-bulu halus. Ukuran lebar daun kayu
putih berkisar antara 0,66 cm – 4,30 cm dan panjangnya antara 5,40 – 10,15 cm.
Daun-daun tumbuh pada cabang- cabang tanaman secara selang-seling, pada satu
tangkai daun terdapat lebih dari satu helai daun (sehingga disebut sebagai
jenis daun majemuk). Daun kayu putih mengandung cairan yang disebut cineol (sineol) (dimana apabila daun diremas,
cairan ini akan keluar dan mengeluarkan aroma yang khas). Selain itu daun kayu
putih juga mengandung komponen lain, seperti: terpineol, benzaldehyde,
dipentene, limonene dan pinene.
Minyak kayu
putih
Minyak kayu
putih didapatkan dari hasil penyulingan daun kayu putih. Kandungan utama
minyak kayu putih
adalah sineol (cineole).
Semakin besar kadar sineolnya,
kualitas minyak kayu putih semakin tinggi. Selain itu daun kayu putih juga
mengandung komponen lain, seperti: terpineol benzaldehyde,
dipentene, limonene dan pinene
Proses ekstraksi
minyak kayu putih
dari daun tanaman
ini dilakukan dengan cara atau
proses yang sederhana yaitu berupa penguapan minyak dari daun dan kemudian
dikondensasikan.
Selanjutnya dilakukan pemisahan
antara komponen minyak dengan
air, yang diperoleh
dari semua bahan
cair yang diperoleh dalam
proses kondensasi.
Proses
Produksi
Pengolahan
daun kayu putih dimaksudkan untuk mengekstrak minyak kayu putih yang ada pada
daun tanaman ini. Proses produksi dalam pembuatan minyak kayu putih diawali
dengan pemetikan daun kayu putih. Dalam proses pemetikan ada 2 macam cara,
yaitu:
1. Pemetikan sistem rimbas, yaitu tegakan pohon
kayu putih yang berumur 5 tahun ke atas,dengan ketinggian 5 meter, daunnya
dipangkas. Satu tahun berikutnya, setelah tanaman kayu putih sudah mempunyai
daun yang lebat, kemudian bisa dilakukan perimbasan lagi.
2. Pemetikan sistem urut, yaitu dengan cara
dipotong dengan menggunakan alat
(arit) khusus untuk
daun-daun yang sudah
cukup umur. Cara
ini menjadi kurang praktis, karena pemetik harus memilih daun satu per
satu.
Pemetikan
dilakukan pada awal musim kemarau, pada saat sudah tidak banyak turun hujan
sehingga tidak mengganggu pekerjaan pemetikan daun. Di samping itu, jika
pemetikan dilakukan pada awal musim kemarau, pada akhir musim hujan
(awal musim kemarau)
tiap tanaman telah
menumbuhkan daun dalam jumlah
yang cukup banyak. Dengan demikian, pemetikan atau pengambilan daun-daun kayu
putih dapat dilakukan sekali dalam satu tahun, jika pertumbuhan tanaman subur.
Setelah pemetikan daun,
daun kayu putih
yang siap untuk
disuling disimpan terlebih dahulu.
Penyimpanan
dilakukan dengan menebarkan daun di lantai yang kering dan memiliki ketinggian
sekitar 20cm, dengan kondisi suhu kamar
dan sirkulasi udara
terbatas. Dalam penyimpanan
ini, daun-daun tidak boleh disimpan dalam karung karena akan
mengakibatkan minyak yang dihasilkan berbau apeg dan kadar sineol dalam minyak
rendah. Penyimpanan daun dilakukan maksimal selama satu minggu. Kerusakan
minyak kayu putih akibat penyimpanan terutama terjadi karena proses hidrolisis
dan pendamaran komponen-komponen yang
terdapat dalam daun.
Pengaruh hidrolisis ini
dapat dicegah dengan menyimpan daun di tempat yang kering
dengan sirkulasi udara sekecil mungkin. Sedangkan pengaruh
pendamaran dapat diminimalkan
dengan mempersingkat waktu
penyimpanan dan menurunkan suhu penyimpanan.
Dalam proses
selanjutnya, daun kayu
putih masuk dalam
proses pembuatan minyak kayu putih. Proses penyulingan minyak kayu putih
ini terbagi dalam 3 tahap, yaitu:
1. Pembuatan Uap
Alat-alat yang
digunakan pada pembuatan uap sebagai pensuplai uap panas antara lain:
a) Boiler berfungsi untuk memproduksi uap yang
akan digunakan untuk mendestilasi minyak kayu putih dari daun kayu putih pada
bak daun yang dihasilkan air yang berasal dari water softener yang dimasukkan
ke dalam boiler dengan pompa. Pada boiler dilengkapi dengan panel automatic, yang berfungsi sebagai
pengontrol boiler agar aman dan
berfungsi dengan baik.
Panel automatic juga berfungsi
mengontrol boiler untuk berhubungan dengan kipas penghisap asap keluar,
pompa pengisi air boiler dan pompa water softener.
b) Ruang Bakar Berfungsi sebagai
tempat pembakaran bahan
bakar dari daun
bekas masak kayu putih (bricket) dan sebagai tempat pemanasan air awal
yang dihubungkan dengan boiler. Konstruksi dinding api dari pipa-pipa uap yang
melengkung dan menjadi
satu di atas
dengan pipa uap diameter 10” dan digabungkan dengan uap
yang terbentuk di boiler. Lantai ruang
bakar terbuat dari semen tahan api dan berlubang-lubang untuk pemasukan udara
segar dari luar yang dihisap oleh exhaust fan.
c) Exhaust Fan Berfungsi menghisap udara panas
yang telah dipakai untuk memanasi ruang bakar dari ketel uap dan memasukkan
udara segar ke dalam ruang bakar untuk kemudian dihembuskan ke cycloon.
d) Cycloon Berfungsi memisahkan debu yang
terhisap dari boiler oleh exhaust fan agar tidak keluar ke udara bebas.
e) Chimney Berfungsi mengalirkan asap
pembakaran ke udara. Sedangkan untuk pengumpan air digunakan alat-alat sebagai
berikut.
a) Pompa feeding water Berfungsi memompa air
untuk masuk ke dalam boiler secara otomatis dari tangki
air umpan yang
telah dilunakkan dalam
tangki water softener.
b) Water softener Berfungsi melunakkan
air yang masuk
ke dalam boiler dari
kadar kapur, agar tidak mudah membentuk lapisan kapur yang menempel di
bagian dalam boiler.
c) Feed pump
water softener Berfungsi memompa air yang akan dilakukan ke dalam water
softener dari bak air.
d) Feed tank Berfungsi menyimpan air yang sudah
dilewatkan water softener dan sudah
lunak untuk dipompa masuk ke dalam boiler.
2. Penguapan Daun
Alat-alat yang
digunakan pada penguapan atau pemasakan daun adalah sebagai berikut:
a) Bak Daun
Berfungsi
sebagai wadah untuk keranjang yang berisi daun kayu putih yang akan diberi uap
panas dari ketel uap. Kapasitas bak adalah 1.500 kg. Jumlah bak daun di pabrik
ini ada 2 unit.
b) Keranjang Daun
Berfungsi
untuk tempat daun kayu putih yang akan dimasak / diuapi dalam bak daun,
sehingga mudah untuk dimasukkan dan dikeluarkan. Kapasitas keranjang adalah
1.250 kg daun kayu putih. Jumlahnya 2
unit.
c) Hoist Crane
Berfungsi
untuk memasukkan dan mengangkat keranjang daun dari bak daun yang akan dan
telah selesai dimasak. Kapasitas daya angkat 1 ton, sedang jumlahnya 1 buah.
3. Pendinginan dan Pemisahan Minyak dengan Air
Alat-alat yang
digunakan pada proses
pendinginan uap minyak daun kayu putih, antara lain adalah:
a. Condensor
Berfungsi
mengembunkan uap minyak air dan uap air yang keluar dari ketel uap untuk
dijadikan cairan dengan cara didinginkan.
b. Pompa air condensor
Berfungsi memompa
air pendingin dari
bak air pendingin
untuk dipompa masuk ke dalam
condensor dan keluar lagi menuji
cooling tower.
c. Cooling tower
Berfungsi
mendinginkan air dari bak air yang akan dialirkan melalui condensor, dari suhu
1040F (400C) menjadi 920F (330C). Sedangkan untuk memisahkan air dengan minyak
kayu putih, alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut:
a) Separator
Berfungsi memisahkan
minyak kayu putih
dari air yang
keluar bersamaan dari kondensor dengan
menggunakan sistem gravitasi. Air akan
keluar dari bagian
bawah dan langsung
dibuang ke sungai, sedangkan minyak
kayu putih akan
keluar bagian atas.
Proses pemisahan ini dikontrol melalui kaca pengamat.
b) Tangki penampung minyak kayu putih
Berfungsi
menampung minyak kayu putih dari separator. Kapasitas 200 liter.
Strategi
Pemasaran
Ada 2
kemungkinan segmen pasar yang dijadikan target pasar, yaitu:
Pasar ekspor,
sebagai bahan baku
industri dengan pengolahan
khusus sebagai bahan setengah jadi, dan
Pasar lokal,
dengan produk akhir, dimana
perusahaan harus melakukan
proses penciptaan nilai
tambah terlebih dahulu.
Kedua pasar
ini dapat dijadikan
pilihan atau merupakan
tahapan. Jika hanya merupakan
pilihan saja, maka
untuk kondisi saat
ini sebaiknya memilih menjual
ke pasar ekspor,
untuk meningkatkan pendapatan, dengan kondisi khusus yaitu
barang setengah jadi. Pilihan ini memberikan manfaat bagi
perusahaan, karena pasar
ekspor mempunyai harga
yang lebih baik daripada
pasar lokal, selain
itu penciptaan produk
dengan spesifikasi khusus dari pembeli akan memberikan nilai tambah.
Apabila kedua
pasar tersebut merupakan tahapan pemasaran untuk menuju penciptaan produk
akhir, maka dalam jangka pendek pemasaran diorientasikan pada pasar ekspor
untuk barang setengah jadi dan setelah mempunyai kesiapan, baru memasuki pasar
produk akhir dengan penciptaan nilai tambah yang dilakukan sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar